Posted by : Unknown Sunday, May 11, 2014



Judul: Gerwani Bukan PKI (sebuah Gerakan Feminisme Terbesar di Indonesia)
Penulis:  Hikmah Diniah
Penerbit: CarasvatiBooks, 2007
Tebal Buku: 211
Oleh: Rina Rahmawati, SS.,M.Hum. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Jember
Sejarah gerakan perempuan di Indonesia sudah ada sejak  sebelum kemerdekaan. Organisasi-organisasi perempuan dibangun untuk kepentingan perempuan, memperjuangkan posisi dalam perkawinan bukan untuk menyamai derajat antara suami dengan istri tetapi untuk menengahi bahwasanya perempuan itu hebat dalam perannya sebagai istri, ibu dan juga karir.  Organisasi perempuan juga dibangun untuk mempertinggi kecakapan dan pemahaman ibu sebagai pemegang dan yang menentukan jalanya rumah tangga salam sebuah keluarga.   
Organisasi perempun hidup subur mulai  abad 19 pada masa R.A. Kartini yang berjuang melawan arus feodalisme dan kolonialis. Ide-ide Kartini ini kemudian dilanjutkan oleh Dewi Sartika yang berjuang untuk pendidikan sehingga memiliki derajat dan kepandaian untuk mendidik anak2 nya. Perempuan dituntut pandai dalam keluarga, pandai mendidik anak, mengatur ekonomi keluagra sehingga keluarga mampu berjalan seimbang.
Abad ke 20 muncul organisasi perempuan modern seperti Puteri mardika pada tahun 1912 di Jakarta yang di ikuti oleh golongan bangsawan. Sesudah tahun 1920 muncul organisasi perempuan di Yogyakarta yang bernama Aisyiyah yang berjuang dlam gerakan pembaharuan islam muhamadiayah.
Tranformasi atas kesadaran politik organisasi perempuan ditandai dengan Kongres Perempuan I tanggal 22-23 desember 1928 di Yogyakarta yang di wakili oleh organisasi perempuan seperti; Wanito Utomo, Puteri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyiyah, Serikat istri buruh Indonesia, jong java, Wanita Taman siswa. Kongres ini membahas mengenai persamaan derajat yang akan dicapai dalam suasana masyarakat yang tidak terjajah. Persamaan antara peran laki2 dan perempuan dalam rumah tangga dan juga dalam pembagian tugas kerja. Di dalam kongres ini pun menandai sejumlah pergeseran berkaitan dengan cara-cara perempuan indonesia dalam merumuskan gender.
Tahun 1932 organisasi prempuan semakin maju, Istri Sedar dalam perjuangan tidak hanya berjuang dan begerak untuk kepentingan kaum prempuan semata, tetapi ikut terlibat langsung di garis depan untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional. Organisasi ini menjadi cikal bakal organisasi gerakan wanita sedar (GERWIS) dan selanjutnya menjadi organisasi perempuan ternama yaitu Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI) pada tahun 1954.
Gerwani menjadi orgnaisasi perempuan yang menarik kaum perempuan dari kalangan massa raykat. Sebab perjuangan Gerwani lebih  mengutamakan memperjuangkan rakyat kalangan menengah kebawah (grosrood). Gerwani mengakui bahwa politik adalah bidang yang sah untuk perempuan, sejak tahun 1955 gerwani mengambil keputusan untuk tidak hanya bergerak untuk penuntutan persamaan hak tetapi juga terlibat aktif dalam politik bangsa. Sehingga pada politik pertama tahun 1955 Gerwani melakukan kampanye pemilihan umum. Mendukung pemerintah untuk pembebasan irian barat dari jajahan kolonial dan mengirimkan anggotanya menjadi sukarelawan dalam konfrontasi malaysia (ganyang malaysia).
Gerakan perempuan revolusioner
Gerwani merupakan organisasi perempuan yang berani ikut serta salam perjuangan untuk kemerdekaan. Keberanian inilah yang akhirnya menjadikan organisasi ini disebut sebagai organisasi yang revolusioner. Gerakan bawah tanah yang dilakukan selama pendudukan Belanda dan ikut serta berjuang mewujudkan cita2 kemerdekaan sejati bagi tanah air dan bangsa.
Sesungguhnya Gerwani secara organisasi bertujuan untuk mewujudkan cita-cita kaum perempuan untuk bersikap lebih aktif, kreatif dan pandai khusus nya untuk keluarga atau rumah tangga mereka. Sehingga kaum perempuan tidak direndahkan oleh laki-laki, stereotip bahwa perempuan hanya dalam lingkaran dapur dan kasur saja, tetapi mampu bekerja diluar sektor itu. Terbukti dengan  semboyan yang dimilikinya “organisasi pendidikan dan perjuangan”. Gerwani menghendaki agar kaum perempuan mampu berdiri sendiri dan mampu bekerja keras dan berpendidikan tidak hanya menjadi pengikut suami atau embel-embel suami.
Gerwani bukan PKI merupakan penegas bahwasanya organisasi perempuan ini berjuang aktif untuk kepentingan masyarkat, khususnya masyarkat miskin atau kelas pinggiran. Tetapi karena gerakanya yang berani dan forntal juga progresif menjadikan Gerwani di minati oleh berbagai partai politik seperti PKI. Kesamaan perjuangan yang memebela kaum pinggiran menjadikan Gerwani dalam kisahnya sebagai underbow PKI.
Perjuangan Gerwani yang menitik beratkan pada hak2 perempuan untuk juga diperhatikan misalnya dalam mengingnkan pendidikan, upah yang layak, dan lainya mengingat perempuan adalah seorang yang memiliki tanggung jawab besar dalam lingkungan kecil rumah tangganya. Sebagai seorang istri, ibu dan pekerja. Perjungan Gerwani yang mengharpatkan persamaan hak inilah menjadi terpental karena keberanianya dalam menyuarakan hak2 nya, meskipun dengan jalan menjadi anggota dewan dalam pemerintahan. Kemudian dengan massa yang cukup banyak menyuarakan penurunan harga bahan pokok yang dinilai mencekik orang2 miskin, ikut aktif memberla negara sebagia sukarelawan pembebasan irian barat dan lainya. Sehingga keberanian inilah yang memaksa Gerwani menjadi organisasi revolusioner dalam gerakanya.
Buku ini adalah suatu buku yang sangat baik untuk dibaca bagi kalangan akademisi, aktifis gender maupun para politisi perempuan di Indonesia.  Dengan membaca buku ini, kita dijaka untuk sejenak bercengkrama dengan masa lalu, dimana perjuangan perempuan tidak semudah membalik telapak tangan, tetapi selalu diwarnai dengan dinamika yang terkadang menyebabkan timbul tenggelamnya perjuangan memperjuangan harkat kaum perempuan itu sendiri.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Supported © By TOA and Suryadin Laoddang Powered by Pembicara Internet Marketing and Jual Mukena -